ILMU ISLAM

Belajar tentang berbagai ilmu Islam

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Abdul Hafiz

1.Karomah Ibn Athoillah
Al-Munawi dalam kitabnya “Al-Kawakib al-durriyyah mengatakan: “Syaikh Kamal Ibnu Humam ketika ziarah ke makam wali besar ini membaca Surat Hud sampai pada ayat yang artinya: “Diantara mereka ada yang celaka dan bahagia…”. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam liang kubur Ibn Athoillah dengan keras: “Wahai Kamal… tidak ada diantara kita yang celaka”. Demi menyaksikan karomah agung seperti ini Ibnu Humam berwasiat supaya dimakamkan dekat dengan Ibnu Atho’illah ketika meninggal kelak.
Di antara karomah pengarang kitab al-Hikam adalah, suatu ketika salah satu murid beliau berangkat haji. Di sana si murid itu melihat Ibn Athoillah sedang thawaf. Dia juga melihat sang guru ada di belakang maqam Ibrahim, di Mas’aa dan Arafah. Ketika pulang, dia bertanya pada teman-temannya apakah sang guru pergi haji atau tidak. Si murid langsung terperanjat ketiak mendengar teman-temannya menjawab “Tidak”. Kurang puas dengan jawaban mereka, dia menghadap sang guru. Kemudian pembimbing spiritual ini bertanya : “Siapa saja yang kamu temui ?” lalu si murid menjawab : “Tuanku… saya melihat tuanku di sana “. Dengan tersenyum al-arif billah ini menerangkan : “Orang besar itu bisa memenuhi dunia. Seandainya saja Wali Qutb di panggil dari 

liang tanah, dia pasti menjawabnya”.

2. Kecintaanmu pada sesuatu hingga menganggapnya sebagai milikmu sendiri bukan sebagai titipan Alloh itu sebagai bukti bahawa kau belum mengenal Allah dan kehawatiranmu kehilangan sesuatu,jga hawatir tertimpa musibah itu sebagai bukti tidak adanya hubunganmu dengan Allah. ( Al-Hikam)

3. Pencapaian Murid dan salik untuk keluar dari tahapan kemauan dan harapan atau Irodah :
1- Irodah al-Tab’iy yaitu kemauan nafsu yang rendah (keluar daripada kehendak ini adalah wajib)
2- Irodat al-Tamanni yaitu kemauan orang-orang yang bertawajjuh atau menuju pencapaian diri kepada keridhoan Allah dengan dirinya.
3- Irodathul Haq yaitu kemauan orang yang ikhlas yang hakikatnya membersihkan diri daripada kecintaannya pada yang selain Allah yaitu semua perkara yang dianggap syirik baik syirik yang jali ( terang ) maupun syirik yang khofi ( tersembunyi ).



 4. إِرَادَتُكَ الْتَّجْرِيْد – مَعَ إِقَامَةِ الْلَّهُ إِيَّاكَ فِيْ الْأَسْبَابِ – مِنَ الْشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ، وَإِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ – مَعَ إِقَامَةِ الْلَّهُ إِيَّاكَ فِيْ الْتَّجْرِيْدِ – انْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ

Keinginanmu untuk SEGERA menempati kedudukan TAJRID(pasrah diri) sedangkan Allah masih menempatkanmu di dalam kedudukan ASBAB (berikhtiyar) itu masih termasuk seorang yang terjebaka pada halusnya syahwat yang tersembunyi. Sedangkan keinginanmu untuk selalu berkecimpung di dalam maqom ASBAB sedangkan Allah menempatkanmu dalam TAJRID adalah satu penurunan dari pada himmah ( pemikiran yang tinggi ) yang tinggi.
Kesimpulannya RIDHO pada posisi dan kondisi kita pada stiap takdir


5.Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasang pasangan.Ada tangan kanan,ada tangan kiri.Ada yang pintar,ada yang bodoh.Jangan bilang kau tak pernah mengecap manisnya keberhasilan,jangan bilang kau gak pernah mengecap pahitnya kegagalan.Tapi biarlah semua seperti air mengalir dan lakukanlah yang terbaik didalam keseharianmu Jika kamu takut melangkah, lihatlah bagaimana seorang bayi yang mencoba berjalan. Niscaya akan kau temukan, bahwa setiap manusia pasti akan jatuh. Hanya manusia terbaik lah yang mampu bangkit dari ke jatuhannya. Tuhan adalah sebagaimana yang kamu pikirkan, Jika kau berpikir Tuhan itu Baik, maka Tuhan akan baik padamu. Namun jika kamu pikir Tuhan itu Buruk, maka Tuhan akan memperlakukan mu dengan Buruk. Jika kamu tidak suka apa yang ada di sekeliling mu, ubahlah, setidaknya ubahlah dirimu sendiri. Ingat, kamu bukan sebatang pohon.



[ Read More ]

Ilmu Hadits

HADITS RIWAYAH
DILIHAT DARI BIL-LAFDZI DAN BIL-MA’NA
I. PENDAHULUAN
Sebagai sumber pokok ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an, hadits mempunyai peran dan fungsi menentukan dalam kehidupan umat Islam. Kehadiran hadits dalam kehidupan masyarakat menjadi penting tatkala dalam Al-Qur’an tidak didapatkan penjelasan yang rinci dalam suatu persoalan. Hadits yang menjadi penjelas atau bayan Al-Qur’an sangatlah dibutuhkan dalam memahami tektual Al-Qur’an. Makanya eksistensi hadits –dengan tidak menafikan derajat hadits– seiring dengan sumber pokok Islam tersebut. 

Mengenai kedudukan Hadits dalam tertib hukum Islam, As-Suyuti dan Al-Qasimi berkomentar secara rasional dan tekstual sebagai berikut:
1. Al-Qur’an bersifat قطعى الورود (Qath’il wurud), sedang hadits bersifat ظنى الورود (Zhannil wurud). Karenanya yang قطعى (qath’i) harus didahulukan daripada yang ظنّى (Zhanni).
2. Hadits berfungsi sebagai penjabaran Al-Qur’an. Hal ini berarti kedudukan yang menjelaskan setingkat dibawah yang menjelaskan.
3. Ada beberapa hadits dan atsar yang menjelaskan bahwa hadits kedudukannya setelah Al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat pada dialog Rasulullah dengan Mu’adz bin Jabal. Nabi bertanya: “Dengan apa kau putuskan suatu perkara?” Mu’adz menjawab: “Dengan kitab Allah.” Jika tidak ada nashnya, maka dengan sunah Rasulullah…..”
4. Kalau Al-Qur’an sebagai wahyu dan berasal dari sang Pencipta, maka hadits berasal dari hamba dan utusanNya. Karenanya sudah selayaknya jika yang berasal dari sang Pencipta lebih tinggi kedudukannya dari pada yang berasal dari hamba utusanNya.
Kehadiran hadits sebagai sumber pokok ajaran islam, memang banyak dipersoalkan, hal ini berkaitan dengan matan, perawi, sanad dan lainnya, yang kesemuanya menjadi boleh atau tidaknya suatu hadits untuk dijadikan hujjah. Terlepas dari itu, perbedaan sahabat dalam memahami hadits pun menjadi hal yang penting untuk ditelaah lebih lanjut, karena perbedaan pemahaman tersebut mengakibatkan periwayatan pun menjadi berbeda. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab suatu hadits diperselisihkan oleh para ulama tentang kehujjahannya. Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan para sahabat antara tekstual dengan kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan “Hadits Riwayah Bil-lafdzi” dan “Hadits Riwayah Bil-ma’na.”
II. PEMBAHASAN
A. HADITS RIWAYAH BIL-LAFDZI
[ Read More ]